Upacara Wiyosan Kanjeng Kyai Tunggul Wulung merupakan salah satu tradisi kebudayaan bangsawan keraton yogyakarta. Kalimat Wiyosan berasal dari bahasa jawa , dari kata “wiyos” memiliki makna arti tanduk. Dalam kalimat wiyosan kanjeng kyai tunggul menurut cerita sejarah kota yogyakarta memiliki makna arti sebagai keluarnya kyai tunggul wulung dari dalam keraton yogyakarta. Pusaka dengan bentuk bendera tersebut sangat penting dan dikeramatkan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I. Pemberian nama pusaka wulung berdasarkan warna biru tua kehitaman.
warna dalam bahasa jawa berarti wulung. Dalam menyelenggarakan Upacara Wiyosan Kanjeng Kyai Tunggul Wulung selalu mengeluarkan pusaka lain nya seperti Kanjeng Kyai Pare Anom , Pusaka tersebut merupakan tinggalan dari masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V. Pelaksanaan upacara bangsawan keraton yogyakarta memiliki dua tahapan antara lain tahap pertama akan melakukan mbusanani yang berarti memakaikan atau mengenakan busana terhadap pusaka kyai kanjeng tunggul wulung dan kanjeng pare anom. Pada tahap kedua akan melakukan miyosaken yang berarti mengeluarkan dari lingkungan keraton.
Upacara Adat Wiyosan Kanjeng memiliki tujuan sebagai bentuk pembasmian penyakit menular yang pernah terjadi di Kota Yogyakarta. Pada tahun 1943 , Kota Yogyakarta diserang penyakit berbahaya pes untuk terakhir kalinya. Waktu penyelenggaraan upacara adat ini tahap pertama akan dilakukan senja hari setelah melakukan ibadah sholat magrib diserambi masjid keraton. Kemudian untuk tahap kedua dilaksanakan sesudah waktu ibadah sholat isya , pemilihan harinya wajib Jumat Kliwon. Setelah melakukan dhawuh dalem yang dilakukan di halaman bangsal sri menganti alun alun utara yogyakarta.
Selain itu juga terdapat Kenduri Selamatan yang dilakukan di serambi masjid besar dan masjid panepeh. Penyelenggaraan Teknis Upacara Wiyosan Kanjeng dilakukan oleh Golongan Suronoto , Prajurit Keraton Yogyakarta , Somatali , Gladog. Kemudian pihak yang terkait dalam kegiatan ini ada Sultan Yogyakarta , Kerabat Sultan , Keluarga Sultan , Abdi Dalem Keraton dan masyarakat umum. Lima hari sebelum penyelenggaraan upacara bangsawan , abdi dalem keraton wajib melakukan ritual suci diri dengan menjalani puasa , mandi dan keramas. Untuk Abdi Dalem Suronoto akan menggunakan baju beskap warna hitam dan celana panji
Perlengkapan yang harus ada untuk Upacara Wiyosan Kanjeng Kyai Tunggul antara lain dua pucuk tombak pusaka , bendera pusaka kanjeng , dua buah payung besar , puluhan obor , dua buah pedupaan lengkap , sebuah ancak , beberapa kuda , beberapa buah pacul dan linggis , bangunan tratak , dhahar ambegan , tumpeng tulak , tumpeng jure , tumpeng pasar , bubur putih , bubur abang , beberapa bahan pangan dan buah. Kemudian upacara ini akan melakukan arak keliling Kota Yogyakarta berlangsung semalam suntuk hingga akhirnya di pintu pergelaran keraton.
Sultan Yogyakarta beserta petinggi keraton yogyakarta akan melakukan suntuk berjaga dengan tujuan berdzikir kepada tuhan yang maha esa. Setelah Kedua Bendera Pusaka diletakkan pada tempatnya di Gehong Hinggil , Sultan Hamengku Buwono akan memerintahkan prajurit membagikan makanan kenduri kepada para pejabat tinggi keraton. Selain itu juga di alun alun utara melakukan kegiatan upacara penyembelihan hewan korban bakar , kerbau bule betina yang dilakukan di antara pohon beringin besar.
Kamu bisa belajar mengenai beragam budaya yang ada di jawa tengah dengan memilih jurusan Pariwisata atau dapat memilih jurusan yang sesuai dengan minat bakat di Kampus terbaik di semarang
Untuk informasi Mengenai Budaya yang lainnya bisa di Cek di https://budaya.blog.unisbank.ac.id/